Wednesday 23 February 2011

0004 A. Muqaddimah

Imam Mahdi adalah satu nama yang cukup gah di kalangan umat Islam seluruh dunia, sejak dahulu hinggalah hari kiamat. Imam Mahdi atau sebutan Melayunya, Imam Mahadi, sudah mendarah daging di kalangan umat Islam. Semua umat Islam yang mencintai kebenaran, sudah pasti ternanti-nanti bilakah akan munculnya Imam yang sebenar itu, tangan yang cukup kuat untuk melakukan tangkisan ghaib untuk semua umat Islam terhadap segala perkara, dari yang sekecil-kecilnya hinggalah kepada yang sebesar-besarnya, sehingga hidup mereka menjadi sangat aman, makmur, bahagia, penuh berkat dan mencapai kemuncak keemasan bagi segala zaman keemasan.

Sebenarnya, kitab-kitab karangan para ulama sejak dari zaman dahulu hinggalah ke saat yang terkini, yang ditulis baik secara khusus atau secara umum, yang menyentuh mengenai Imam Mahdi adalah terlalu banyak, jauh lebih banyak daripada hadis-hadis yang ada, yang menyebut tentang diri Imam Mahdi itu sendiri

Begitu juga buku-buku ilmiah, kertas-kertas kerja, tesis-tesis dan sebagainya yang ada kaitannya dengan Imam Mahdi itu, baik yang ditulis oleh orang yang memang ahli ilmu atau oleh orang biasa, sudah terlalu banyak hingga tidak dapat lagi disenaraikan, karena sudah terlalu banyaknya. Di samping itu, kebanyakannya sudah diterbitkan, manakala sebagian besar lagi masih dalam bentuk mentah - belum diterbitkan oleh pihak manapun.

Tujuan mereka menulis kitab, buku, kertas kerja, tesis, analisis, dan sebagainya itu juga ada bermacam-macam. Ada yang tujuannya semata-mata untuk memberi ilmu kepada semua umat Islam sepanjang zaman, ada yang tujuannya untuk mendapatkan uang - mencari untung semata-mata, ada yang menulis karena ingin mendapatkan segulung ijazah, ada yang bertujuan mencari nama, ada yang menulis untuk menambahkan jumlah kitab-kitab karangannya, ada yang menulis karena minat terhadap bidang penulisan, ada yang menulis karena mau mempertahankan kesahihan hadis-hadis Imam Mahdi dari dituduh secara sembrono sebagai amat dhaif malah mauduk, walaupun sebenarnya tidak demikian, ada yang menulis karena mau mempertahankan kebenaran munculnya Imam Mahdi dan bermacam-macam niat lagi.

Ada yang menulis mengenai Imam Mahdi itu dari satu aspek saja, ada yang menulis dari dua tiga aspek, dan banyak yang menulis dalam banyak aspek. Banyak karangan tersebut yang berbentuk cerita, untuk memberi lebih kefahaman kepada orang ramai terutamanya kanak-kanak dan orang yang baru belajar mengenali Imam Mahdi itu. Bentuk ini dapat membebaskan mereka dari ikatan hadis-hadis yang banyak itu dan memberikan lebih ruang kepada mereka untuk menyalurkan pendapat dan pandangan sendiri. Ada karangan yang berbentuk uraian hadis, ada yang berbentuk penilaian hadis-hadis baik boleh dipercaya atau tidak, ada yang berbentuk kritikan baik terhadap rawi maupun terhadap isi kandungan hadis itu sendiri, ada yang berbentuk penjelasan terhadap permasalahan semasa Imam Mahdi yang selalu ditimbulkan, ada yang berbentuk ringkasan cerita dan banyak pula yang berbentuk ringkasan yaitu hadis-hadis dimasukkan tanpa ulasan atau komentar apapun.

Ada yang begitu rajin memberikan sumber rujukannya secara lengkap, berserta ulasan sama ada hadis itu sahih, hasan atau dhaif. Kebanyakan hadis yang diberi disertakan lengkap sanad-sanadnya untuk lebih meyakinkan dirinya dan para pembaca. Yang mengkaji Imam Mahdi dari mazhab lain juga amat banyak, terutama di daerah Timur Tengah dan Utara Afrika sana. Selain ditulis, banyak pula yang dibincangkan secara hangat di pentas pelbagai jenis forum, seminar, simposium, kolokium, ceramah, penerangan dan bermacam-macam nama lagi. Namun hasilnya, umat Islam di seluruh dunia masih tetap berpecah seperti sebelumnya juga, tidak berkurang.

Yang menulisnya itu, ada yang imam mujtahid, ada yang imam mujaddid, ada yang ulama besar yang fakih, ada ulama besar yang fiqh, ada yang ulama kecil, ada yang ahli tasawuf, ada yang ahli sejarah, ada yang ahli hadis terkemuka, ada yang merupakan sarjana, ada yang merupakan ahli akademik, ada yang ahli kemasyarakatan, ada yang merupakan peramal masa hadapan, ada yang orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan ada yang orang biasa, ada yang dari kalangan orientalis Barat, malah ada yang menulis semata-mata karena cukup berminat dengan pribadi Imam Mahdi yang dijanjikan itu.

Penulis sendiri, pada tahap awalnya tidak berhasrat untuk menulis mengenai Imam Mahdi ini dengan dua alasan utama. Pertama, karena sudah terlalu banyak buku dan kitab di pasaran yang menceritakan secara lengkap mengenai Imam Mahdi. Terdapat bermacam-macam bentuk penulisan dan gaya mereka untuk menarik minat orang ramai agar membeli buku keluaran mereka. Tajuk-tajuk yang diberikan juga amat menarik dan penuh psikologi. Membaca buku-buku dan kitab karangan mereka sudah cukup memuaskan hati dan menambahkan ilmu.

Kedua, karena penulis sendiri bukanlah orang yang terlalu ahli dalam bidang ini. Penulis sendiri ketika itu masih belajar dan mencari hadis-hadis yang berkaitan dengan Imam Mahdi itu. Karena itu, penulis tidak bercadang untuk menulis dan menambahkan lagi kemeriahan buku-buku mengenai Imam Mahdi ini. Cukuplah dengan apa yang sudahpun ada di kalangan umat Islam.

Tetapi rupanya kehendak Allah itu tidak dapat dihalang oleh sesiapa pun dan dengan apa cara pun. Dia Maha Berkuasa dan Maha Berkehendak. Dia juga Maha Tahu setiap apa yang dibuat-Nya. Setelah mengkaji dengan lebih dalam dan lama, rupa-rupanya ada banyak perkara yang selama ini tidak tersingkap di sebalik hadis-hadis yang jika dilihat sekali lalu, sangatlah bertentangan antara satu sama lain dan juga isinya kelihatan berterabur di sana-sini.

Juga karena banyak daripada hadis berkenaan yang selama ini didakwa sebagai dhaif, malah banyak yang dikatakan mauduk, tetapi yang sebenarnya tidaklah demikian. Banyak pula hadis-hadis berkenaan yang jika dilihat secara kasar, amat berlawanan matannya antara satu sama lain. Hadis-hadis yang begini sifatnya sepatutnyalah dikaji semula dengan lebih mendalam, dinilai balik menurut ukuran zaman sekarang, karena Imam Mahdi itu zahir pada zaman kita - bukan pada zaman delapan ratus tahun yang lalu, atau empat ratus tahun yang lalu - kemudian diuraikan kembali menurut tafsiran yang lebih sahih dan sesuai dengan zaman kita ini.

Sebab itulah juga rupanya yang mendorong penulis untuk mengemukakan kembali hadis-hadis mengenai diri Imam Mahdi itu, dengan harapan supaya hadis-hadis itu tidak disalahanggapkan sebagai dhaif dan berlawanan. Maka motif utama penulisan buku ini adalah untuk mengembalikan hadis-hadis yang selama ini dipandang serong dan dhaif oleh sebagian besar umat Islam - termasuk para cendekiawannya - ke tempatnya semula, tempat yang selayaknya untuk hadis-hadis Nabi SAW yang mulia itu.

Salah satu sebab utama buku ini ditulis pun adalah karena di dalam tulisan mereka, penulis-penulis lain tidak berani memasukkan hadis-hadis yang dilihat berlawanan karena pada pendapat mereka, tindakan ini hanya mengundang lebih banyak masalah daripada baiknya dan kemungkinan pula mereka sendiri turut terpengaruh (secara sadar atau tidak) dengan pendapat yang menerima sebagian hadis saja dan meninggalkan sama sekali (dengan hati yang berat) sebagian lagi yang dilihatnya amat bertentangan itu. Antara tujuannya adalah untuk mengelakkan kekeliruan di hati mereka dan di hati pembaca. Isi-isi hadis berkenaan yang amat tersirat itu juga dilihat seperti berserakan di sana-sini, sehingga terpaksa disusun semula dengan teliti untuk mendapatkan rahasia sebenar di dalamnya

Penulis-penulis yang seperti ini kebanyakannya adalah dari kalangan sarjana modern yang mengambil jurusan Usuluddin atau Mustalah Hadis sedangkan mereka masih kurang kajiannya. Mereka hanya membaca buku-buku para penafi kemunculan Imam Mahdi dan sebuah dua kitab lama yang dijadikan kajian kasus, kemudian langsung membuat ulasan berdasarkan apa yang dibacanya tadi. Malah banyak pula yang mengambil bulat-bulat pendapat dari orientalis Barat. Lazimnya para orientalis mengkaji kitab-kitab berkenaan hanya untuk mengkritik saja, bukan untuk diyakini dan bukan pula untuk mendapatkan hidayah Allah daripadanya.

Asalkan dapat ijazah, sudah. Betul atau tidak, itu cerita lain. Walaupun jumlah mereka yang sebegini tidak terlalu banyak, keadaan ini tetap berlanjut dari masa ke semasa. Ada saja muncul di sana sini para penyambung lidah cendekiawan atau sarjana terdahulu, yang menyebutkan hal ini, membawa hujah dan dalil baru pula. Semuanya kelihatan begitu hebat dengan ilmunya dan yakin pula dengan pendapat akalnya itu, yaitu berdasarkan perahan akal fikirannya yang didasarkan kepada rumusan beberapa pendapat sebelumnya. Maka banyaklah pendapat para sarjana dan cendekiawan Islam hari ini yang menjurus kepada tidak mempercayai kemunculan Imam Mahdi, berdasarkan akal logika mereka, dan juga berdasarkan ilmu yang sampai pada akal fikiran mereka.

Semestinya mereka mengkaji lebih banyak lagi buku-buku dan ulasan yang diberikan oleh para Huffaz yang kenamaan, serta ulama bertaraf mujtahid sejak zaman dahulu. Tidak patutlah mereka ini bersikap berat sebelah sepanjang membuat kajian berkenaan. Kalaulah mereka membaca kitab-kitab tersebut dengan teliti dan seksama di samping memohon petunjuk daripada Allah, pasti mereka akan malu untuk mendakwa hadis-hadis mengenai Imam Mahdi itu sebagai terlalu dhaif atau mauduk.

Bukanlah pula di sini bermakna penulis seorang yang terlalu berani meletakkan sesebuah hadis secara sembrono saja tanpa memperhatikan sahih tidaknya hadis-hadis terkait, tetapi berdasarkan kesesuaian masa dengan maksud hadis-hadis berkenaan dan kepercayaan kepada rawi-rawi dalam riwayat hadis berkenaan, di samping meneliti kesesuaian matan hadis-hadis daif berkenaan dengan suasana terkini pada hari ini. Selain itu, penelitian para Huffaz yang kenamaan mengenai hal ini turut banyak mempengaruhi penulis.

Juga, karena tidak ditemui lagi buku yang menceritakan fasa-fasa pemerintahan Imam Mahdi itu secara menyeluruh, menyebabkan hadis-hadis itu tidak diletakkan ke tempat sebenarnya. Hanya setelah meletakkan sesebuah hadis ke tempat sebenarnya, barulah dapat kita lihat betapa hadis-hadis itu tidak bertentangan sebenarnya. Situasi ini gagal diketahui, ditangkap dan digarap oleh kebanyakan orang pada hari ini, termasuk yang menggelarkan dirinya sebagai ulama, cendekiawan, sarjana, profesional, ahli akademik dan golongan terpelajar.

Hal ini seperti sengaja dilakukan oleh para ulama besar zaman dahulu, untuk memberi peluang kepada ulama zaman mutakhir ini untuk menulis dengan lebih terperinci lagi mengenai Imam Mahdi, yang akan lahir pada zaman mereka pula, dan menyerahkan tugas menulis kembali periwayatan hadis-hadis berkenaan kepada mereka. Allahlah yang memberikan kita semua taufik dan hidayah-Nya secara yang amat meliputi.

Bagi kebanyakan hadis yang disertakan itu, penulis sertakan juga uraian ringkas di bawahnya, dengan tujuan menambahkan lagi kefahaman dan keyakinan terhadap isi kandungan hadis berkenaan, yang dirasakan sesuai dengan suasana pada hari ini - suasana akhir zaman. Pada bagian-bagian akhirnya pula, hadis-hadis itu dibiarkan begitu saja tanpa ulasan, karena penulis serahkan sepenuh kefahamannya kepada setiap individu. Tasawur awal telah diberi, maka yang selebihnya atas keupayaan pemahaman masing-masing.

Demikianlah harapan besar dari penulis dan orang-orang yang mencintai kebenaran sejati, semoga dengan terbitnya buku kecil ini, dapatlah dibetulkan kembali pandangan yang silap dari umat Islam terhadap pribadi Imam Mahdi itu dan terhadap hadis-hadis yang selama ini dipandang berlawanan antara satu sama lain. Semoga hadis-hadis itu dapat dikembalikan semula ke tempat yang selayak untuknya. Ini zaman Imam Mahdi, patutlah kita sama-sama mengkaji kepribadian beliau yang selama ini masih terselimut kukuh dengan pelbagai teka-teki dan misteri. Ini juga zaman Pemuda Bani Tamim, Syuaib bin Saleh, maka perlu sangatlah kita meneliti dan mendalami hadis-hadis yang banyak menyebutkan tentang kepribadiannya, perjuangannya dan kelebihan-kelebihan yang ada pada dirinya seperti yang tertera dalam hadis-hadis tersebut.

Harapan yang paling besar dari penulis, semoga tulisan ini akan menjadi pembuka pikiran kita semua dalam meneruskan perjuangan ini - perjuangan akhir zaman, perjuangan yang paling getir dan dan paling bermakna. Semoga hasil di dunianya akan kita lihat dan rasakan sepenuh hati dan perasaan. Yaitu sebelum hasil sesunggunya perjuangan kita itu kita dapatkan di akhirat sana nanti.

Hasil perjuangan itu adalah yang paling bernilai bagi seluruh umat Islam sepanjang zaman, yaitu zahirnya Imam Mahdi yang sangat ditunggu dan dirindu. Setiap hati yang jernih pastilah amat merindui zaman yang dijanjikan itu, suatu zaman yang gilang-gemilang dan tiada taranya, penuh keberkatan dan kemakmuran, penuh iman dan amal soleh, tiada pertumpahan darah, pertengkaran, malah tidak perasaan buruk walau antara dua orang pun di dunia ini.

Sesiapa yang tidak merindukan ketibaan Imam Mahdi bolehlah dikatakan tidak sempurna keimanan dan kecintaannya kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW. Juga kepada Ahlulbait. Kata-kata ini bukanlah tidak berasas sama sekali atau mengada-ngada. Jika kita lihat dengan teliti ungkapan para sahabat Radhiyallahu 'Anhum setelah kewafatan Nabi SAW, kita akan dapati bahwa mereka sendiri turut mengharapkan agar Imam Mahdi itu lahir dan muncul pada masa mereka masih hidup, walaupun mereka amat tahu dan arif bahwa hal ini tidak akan berlaku sama sekali pada zaman mereka.

Begitu pula sunnah para tabi'in dan tabi'it tabi'in, mereka memang sangat mengharapkan Imam Mahdi itu keluar pada masa mereka, walaupun mereka sangat arif bahwa Imam Mahdi itu tidak akan keluar pada zaman mereka. Hal ini dapat dilihat dalam riwayat yang sampai kepada kita mengenai keyakinan mereka bahwa Imam Mahdi itu akan muncul dalam tahun sekian-sekian.

Ini menjelaskan lagi bahwa hadis-hadis mengenai Imam Mahdi itu memang benar dan sahih. Jika tidak, masakan mereka yang mulia itu sanggup menghabiskan masa menyebutkan hal yang (jika tidak benar dan tidak ada dalam agama) tidak ada dasarnya dalam agama, dan mengkaji hadis-hadis mengenainya. Mereka juga saling berbincang antara satu sama lain dengan tujuan yang sama pula.

Ini juga menjadi salah satu faktor pendorong untuk penulis mengkaji lebih mendalam lagi tajuk ini, sekaligus membantu menguatkan lagi hujah bahwa hadis-hadis mengenai Imam Mahdi itu memang benar lagi sahih. Sifat hadis-hadis itu adalah mutawatir, seperti yang telah diakui oleh para Huffaz di seluruh dunia, sejak zaman-berzaman. Apa lagi yang boleh kita katakan, setelah para Huffaz dengan suara bulat mengakui kebenaran hadis-hadis mengenai Imam Mahdi itu, dan menyatakannya sebagai mutawatir.

Mereka juga sangat-sangat mengharapkan agar Imam Mahdi itu muncul pada zaman mereka. Mereka, para tabiin dan tabiit tabiin tadi, memang telah diketahui, terutama oleh ahli-ahli tasawuf, sebagai golongan yang tidak banyak berbicara, tidak suka berbicara melainkan pada perkara yang hak, tidak suka omong kosong dan tidak mau menghabiskan masa pada perkara yang tidak berfaedah pada agama dan dunia. Masakan mereka mau membicarakan perihal Imam Mahdi jika perkara itu merupakan bidaah dan hadis-hadisnya dikatakan sebagai hadis palsu.

Mereka tiada sebarang kepentingan dalam memperkatakan masalah ini, sama ada kepentingan yang bersifat pribadi, apalah lagi kekeluargaan dan perkauman masing-masing. Jauh lagilah daripada mau mengangkat mana-mana pemerintah ke kedudukan yang lebih baik. Mereka tidak semudah itu memperdagangkan ilmu dan keyakinan mereka untuk mereka tukarkan dengan mata benda yang amat kecil nilainya pada sisi Allah itu.

Lagipun, menurut kaedah syarak seperti yang telah ditetapkan oleh para ulama tahqiq, apabila ramai ulama yang mujtahid menentukan sesuatu perkara, adalah mustahil bahwa perkara yang ditetapkan itu salah atau batil. Lagi pun, golongan ulama yang menolak konsep Imam Mahdi ini adalah datangnya daripada ulama mutaakhirin, sedangkan para ulama awwalin tidak ada seorang pun yang kita ketahui menolaknya. Sehabis-habis tidak pun, mereka mendiamkan diri saja daripada menyebutkan persoalan Imam Mahdi ini.

Selain itu, penulis sendiri amatlah berharap agar di dalam buku ini dapatlah disatukan sebagian besar - jika tidak pun keseluruhan - tanggapan, pendapat, uraian dan pandangan yang berbeda-beda terhadap pribadi Imam Mahdi itu sendiri. Memang sebelum ini penulis masih lagi belum menjumpai buku yang benar-benar berusaha memberikan uraian yang dapat menyatukan kesemua pandangan dan uraian yang berbeda-beda tentang Imam Mahdi itu, walaupun masing-masing menggunakan hadis dan sumber yang sama dalam memberikan hujah masing-masing. Maka, penulis amat berharap agar dapat disatukan semua pandangan asas mereka, biar pun secara amat ringkas.

Pandangan dan uraian yang dimaksudkan adalah uraian para ulama ahli kalam yang menceritakan mengenai Imam Mahdi menurut pandangan mereka sebagai ahli ilmu kalam, juga pandangan para ulama hadis yang sudah mencapai taraf Huffaz dalam ilmu mereka, juga pandangan para ulama yang khusus mengkaji tentang Imam Mahdi dan membukukan pandangan masing-masing, juga pandangan para sarjana modern yang pro dan kontra terhadap Imam Mahdi, pandangan para ulama sufi yang melihat Imam Mahdi dari sudut pandangan mereka sendiri, dan pandangan ulama akhir zaman yang terlibat secara langsung mengenai Imam Mahdi ini.

Maka dengan menggabungkan keenam-enam pandangan, tanggapan, uraian, tafsiran dan pendapat ini, penulis amat berharap agar semua pandangan ini dapat disatukan dan difahami secara yang lebih komprehensif dan kolektif, tidak lagi secara yang samar-samar dan tercerai-cerai. Penulis amat yakin bahwa satu titik pertemuan dapat dicari untuk keenam-enamnya karena semua mereka menggunakan sumber yang sama dalam menjelaskan perkara itu. Hanya karena masing-masing kurang memerhatikan pendapat golongan lain, maka titik pertemuan yang sebenarnya satu saja itu jadi terpecah-pecah dan seolah-olah tidak dapat disatukan lagi.

Selain itu, penulis juga memasukkan uraian-uraian yang dirasakan relevan dengan kehendak-kehendak semasa dan situasi zaman modern. Setiap hadis, asar sahabat dan ungkapan tabiin itu perlu dilihat dari sudut kita yang hidup pada zaman ini, bukannya menurut pandangan pada zaman tabiin dahulu. Sebabnya, para sahabat dan tabiin melihat zaman kita ini menurut kasyaf yang terbuka kepada mereka, dan mereka memahaminya menurut apa yang ada pada zaman kita, namun terpaksa disesuaikan ungkapannya dengan suasana zaman mereka hidup, untuk mengelakkan fitnah dan sangkaan-sangkaan buruk kebanyakan umat pada zaman itu.

Maka tugas kita lah pula untuk menerjemahkannya kembali, sesuai menurut keadaan pada zaman kita ini, karena para sahabat dan tabi'in itu menceritakan sesuatu yang terjadi pada zaman kita, bukannya sesuatu yang berlaku pada zaman mereka. Maka satu titik pertemuan antara dua zaman yang amat jauh berbeda itu perlu dicari dengan menggunakan kaedah dan alat yang sesuai, dan diselesaikan menurut apa yang ada pada zaman kita ini, agar asar dan ungkapan tabiin itu tidak terus menerus dipandang keliru atau ditolak ke tepi.

Dengan menggabungkan keenam unsur penting itu di samping uraian yang dirasakan sesuai dan perlu dengan keadaan zaman ini, diharapkan semua bentuk kefahaman dan penjelasan dapat disatukan sepenuhnya. Apa perlunya kita berbeda-beda pendapat sedangkan perkara yang diperselisihkan adalah satu dan orang yang akan muncul kelak itu pun hanya satu itulah. Maka pada pribadi Imam Mahdi itulah juga segala perkara akan dikembalikan. Beliau jugalah yang akan menyatukan akidah kita semuanya menajdi satu saja, yang akan menyatukan fiqih kita kepada satu, yang akan menyatukan tasawuf kita kepada satu saja, menyatukan tenaga, iman dan agama kita, negara kita dan lain-lainnya kepada satu saja, tidak ada duanya atau tiganya.

Hanya inilah saja caranya kita dapat menyelesaikan sesuatu masalah agama yang timbul di kalangan umat Islam. Kita tidak ada cara lain yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan agama kita sendiri. Kembalilah kepada Al-Quran dan Hadis Nabi SAW. Itulah yang terbaik dan itulah juga yang dikehendaki oleh agama kita yang suci dan mulia ini. Sama-samalah kita memanjatkan doa kepada Allah agar kita diberikan-Nya hidayah untuk memahami ajaran sesugnguhnya agama Islam ini dan seterusnya mengamalkannya sungguh-sungguh dalam kehidupan kita sehari-harian.

Selamat membaca!

Sekianlah adanya, Allahu Waliyut Taufiq Wal Hidayah.

Salam Ikhwan dan takzim dari penulis.

Hamba yang banyak dosa,

HAWARI BIN ABDUL MALIK

No comments:

Post a Comment